ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH ... SELAMAT DATANG DI BLOG MAS MAHFUD ALFU SAHRI, MARI KITA BELAJAR BERSAMA

KEMBALI KE ASALNYA

Dahulu kala ada seorang penjual kayu yang amat miskin. Wanahita namanya. Rumahnya buruk dan letaknya di tepi hutan. Jauh dari kota tempat raja bersemayam. Adapun pekerjaan Wanahita mencari kayu di hutan. Kemudian dijualnya ke kota. Uang pendapatannya sangatlah sedikit, sehingga Wanahita kurang senang hatinya. Selalu ia menggerutu dan menyesali nasib hidupnya.
Pada suatu hari udara bukan alang-kepalang panasnya! Banyak orang yang berjalan kaki berkeluh kesah dan mencari perlindungan di tempat yang teduh. Di tepi jalan raya biasa dilalui oleh raja, tampaklah Wanahita sedang melepaskan lelah. Hatinya kesal karena kayunya belum juga terjual.
Kebetulan sekali lewatlah kereta keemasan baginda raja yang sangat indah. Prajurit-prajurit pengawal baginda raja pun indah pakaiannya, sehingga timbul iri hati Wanahita.
"Alangkah senangnya menjadi raja!" pikir Wanahita. "Akan tetapi mengapa aku harus hidup sengsara seperti ini? Kalau Tuhan adil, aku pun dapat juga menjadi raja!"
Setelah berpikir demikian, Wanahita pulanglah ke gubuknya. Ia hendak bertapa empat puluh hari empat puluh malam. Ia tidak hendak makan ataupun minum sebelum keinginannya terkabul.
Tepat pada malam ke empat puluhnya, Wanahita bermimpi. Ia kedatangan seorang kakek yang sudah lanjut usianya. Berkatalah kakek itu,"Hai Wanahita! Sudahilah tapamu! Jejakkan kakimu tiga kali ke tanah. Keinginanmu tentu terkabul!"
Kemudian menghilanglah kakek itu. Dan Wanahita pun segera bangun dari tidurnya. Bukan kepalang senang hatinya! "Sekarang jugalah aku ingin menjadi raja yang kaya raya! Hutan belukar sekeliling gubukku kujadikan kota yang ramai," pikir Wanahita.
"Duk-duk-duk.!" Wanahita menginjakkan kakinya ke tanah tiga kali. Dalam sekejap mata Wanahita menjadi raja. Duduk di kursi keemasan dan dihadapi oleh prajurit-prajurit sertas pegawai istana. Hutan belukar sekarang menjadi kota yang ramai dan indah.
Dengan lahapnya raja Wanahita bersantap segala macam makanan dan minuman yang dihidangkan untuknya di meja. Oleh karena perutnya terlalu kenyang, maka ia pun mengantuklah. Tiba-tiba Raja dikejutkan oleh bunyi bedug di mesjid. Maka Patih berdatang sembahlah, "Tuanhamba ditunggu oleh rakyat di mesjid untuk sembahyang."
Baginda keheran-heranan bercampur marah. "Panggil orang yang berani memukul bedug tanpa izinku itu!"
Maka berdatang sembahlah tukang memukul bedug itu. Sembahnya,"Tuanhamba yang mulia! Ampun seribu ampun karena hamba berani memukul bedug tanpa perintah tuanhamba. Akan tetapi sang matahari berkuasa menetapkan waktu untuk sembahyang.
Maka hamba pun tunduk kepadanya."
Baginda Raja Wanahita bukan main marahnya karena ada yang lebih berkuasa dari padanya, tiba-tiba Raja terbang dan menghampiri matahari. "Hai, Matahari! Benarkah kamu yang paling berkuasa di dunia ini?" tanya Wanahita.
"O.., itu tidak benar. Awan hitam itulah yang lebih berkuasa daripadaku," sahut Matahari." Aku dapat ditutupinya sehingga cahayaku tidak berdaya sama sekali."
Kemudian Wanahita bertanya pula kepada Awan Hitam.
"Angin lebih berkuasa daripadaku," jawab Awan Hitam. Dalam sekejap mata Wanahita menjadi angin. Dengan sombongnya ia meniup ke kanan dan ke kiri, sehingga awan terbang berserakan. Hatinya belum puas, lalu meniup sekencang-kencangnya. Bunyinya menderu-deru. Air laut menjadi goncang. Gelombang setinggi-tinggi bukit bergulung-gulung ke pantai dan memecah pada batu karang. Orang-orang di kapal dan pantai laut menjadi gempar! Kapal dan perahu seperti tempurung kelapa diombang-ambingkan gelombang kian kemari, lalu terdampar di pantai. Hiruk pikuklah nelayan-nelayan. Perahu-perahu ditambatkannya pada toggak jauh ke darat, supaya jangan dihanyutkan gelombang. Perempuan dan anak-anak berlari-lari kebingungan sambil menjerit-jerit minta tolong.
"Hahahahaha.hahaha..!" Wanahita bukan kepalang girang hatinya melihat banyak orang menjadi gempar! Sekarang Wanahita meniup sebuah kampung dengan bunyi gemuruh yang amat dahsyat. "Siut.rurrr.siut.rurrr.!" Demikianlah suara Wanahita yang sedang mengamuk itu.
"Hahaha..hihihi...huhuhu..!" Wanahita tertawa terbahak-bahak melihat pohon-pohon tumbang. Atap rumah-rumah petani beruntuhan dan beterbangan kian kemari. Padi di sawah rebah dan menjadi rata dengan tanah. Orang-orang memekik-mekik, meratap,
dan menangis. Akan tetapi Wanahita sedikit pun tak mempunyai belas-kasihan.
"Semua harus tunduk kepadaku! Barangsiapa yang masih berani melawan akan kuhajar benar-benar! Hahaha...!" Wanahita tertawa dengan sombongnya.
"Hai, Wanahita! Jangan terlalu congkak kamu! Lawanmu akulah, Wanahita!" seru sebuah gunung dengan gagahnya. "Tumbangkanlah aku kalau kamu kuasa!
Wanahita menjadi naik darah. Diserangnya gunung itu. Sekali, dua kali, tiga kali! Tapi gunung itu masih juga bertahan. Sampai-sampai Wanahita merasa letih-lesu.
Dan pada saat itu, kedengaranlah olehnya suara gaib,"Hai, Wanahita! Sejak saat
ini habislah kesaktianmu! Kamu kembali ke asalmu sebagai Wanahita miskin! Oleh karena kamu serakah lagi bengis!"
Setelah suara itu hilang, maka Wanahita sudah ada lagi di gubuknya yang buruk
itu. Pakaiannya pun compang-camping.

-------------------------------------

Sumber:
'BACAAN BAHASAKU BARU' jilid 4A
Disusun oleh : S. Sasrawinata
BM. Nur
Drs. Jazir Burhan
Penerbit : Sumbangsih Mekar
Cetakan : 10
Tahun : 1974
http://groups.yahoo.com/group/pasarbuku/message/14276

Related Posts :

0 Response to "KEMBALI KE ASALNYA"

Post a Comment

Perubahan Sosial